“Menjadi muslim berkemajuan berarti terus belajar, terus bergerak, dan terus memberi manfaat bagi semesta.” — Ahaf
Kalau bicara persoalan Islam dan kemajuan, dua kata ini sering kali bagi sebagian orang terasa layaknya jurang jauh, apalagi di tengah situasi perkembangan zaman yang semakin kompleks. Tapi Muhammadiyah–organisasi yang berdiri sejak tahun 1912, jauh sebelum Indonesia merdeka–justru menjadikan dua kata itu sebagai satu kesatuan napas perjuangan. Konsep yang diusung: Islam Berkemajuan. Bukan sekadar slogan maupun jargon saja, tapi ini adalah konsep berpikir, cara bergerak, dan metode bermuamalah dengan zaman. Menarik, kan?
Konsep Islam Berkemajuan
Baca Juga :
Konsep ini bukanlah produk baru atau mazhab baru yang lahir dari balik meja diskusi elit. Ini adalah hasil dari perjalanan panjang Muhammadiyah dalam merespons perkembangan zaman, tanpa harus menghilangkan identitas dari Islam itu sendiri. Gagasan yang berakar dari spirit tajdid atau pembaharuan yang telah menjadi nilai perjuangan Muhammadiyah sejak awal berdirinya.
Dalam Risalah Islam Berkemajuan, konsep ini didefinisikan sebagai “pandangan keislaman yang menjadikan Islam sebagai agama rahmatan lil-’alamin dengan metode pendekatan dinamis, rasional, kontekstual, dan progresif.”
“Hendaklah kita menjadi orang Islam yang berpikir maju. Jangan beragama hanya ikut-ikutan, tapi harus mengerti mengapa kita melakukan sesuatu.” – K.H. Ahmad Dahlan
Saya menangkap pesan penting dari kutipan tersebut, bahwa sejak awal–Muhammadiyah bukan sekadar ingin “melestarikan” Islam sebagai sebuah simbol, tapi jauh dari itu, ingin “menghadirkan” Islam yang relevan dengan kebutuhan zaman.
Agama yang Mencerahkan
Salah satu semangat utama dari Risalah ini adalah Tanwir atau pencerahan. Muhammadiyah percaya bahwa dalam beragama itu seharusnya membuat seseorang tercerahkan, bukan malah membuat kebingungan atau mempersempit seseorang dalam pikirannya.
Ketua Umum PP Muhammadiyah saat ini, Prof. Haedar Nashir, sering kali menekankan bahwa:
“Islam Berkemajuan adalah Islam yang membawa misi pencerahan, kemanusiaan, membebaskan kebodohan dan keterbelakangan, serta menciptakan kehidupan yang berkeadaban.”
Misi pencerahan ini terlihat jelas dalam pendekatan dakwah Muhammadiyah terhadap pendidikan, keagamaan, dan pelayanan sosial. Semangat yang bukan didominasi untuk memperkuat eksklusivisme kelompok, tapi untuk membawa nilai-nilai Islam ke lingkungan sosial yang lebih luas.
Pendidikan sebagai Pilar Kemajuan
Sejak awal berdiri, Muhammadiyah telah menyadari bahwa pendidikan adalah jalan utama untuk menuju kemajuan. Hal tersebutlah yang membuat K.H. Ahmad Dahlan membuka sekolah-sekolah modern yang saat itu masih dipandang “asing” oleh sebagian besar umat muslim. Tapi beliau tahu, bahwa tanpa adanya ilmu maka umat Islam tidak akan pernah bisa bangkit.
Saat ini, semangat itu terus mengalir dalam tubuh Muhammadiyah. Tercatat telah berdiri puluhan ribu lembaga pendidikan dari TK sampai perguruan tinggi. Semua didorong untuk mengkolaborasikan nilai-nilai keislaman dengan keilmuan modern.
Islam dalam pandangan Muhammadiyah bukan hanya persoalan ibadah, tapi juga berbicara tentang keilmuan, kesehatan, kebudayaan, dan sains. Hal inilah yang menjadi alasan kenapa Muhammadiyah sangat serius berinovasi, dan membangun sekolah, pesantren modern, hingga rumah sakit dan pusat riset.
Beragama dengan Akal dan Hati
Salah satu ciri Islam Berkemajuan adalah keberpihakan pada akal sehat dan nurani. Muhammadiyah tidak pernah menganjurkan beragama secara taklid buta. Sebaliknya, Muhammadiyah mengajak umat untuk berpikir kritis, menggali makna, dan terus belajar.
Islam Berkemajuan bukan hanya sebuah konten keislaman, tapi menjadi sebuah metode berpikir. Konsep yang menolak literalisme kaku dan menawarkan pendekatan lebih kontekstual yang relevan dengan situasi sosial masyarakat yang berkembang.
Contohnya, ketika membahas soal isu lingkungan, Muhammadiyah tidak pernah ragu untuk bersuara. Melalui Majelis Lingkungan Hidup-nya, berbicara tentang perlunya kesadaran ekologis sebagai bagian dari keimanan kepada Tuhan.
Moderasi dan Toleransi: Bukan Sekadar Slogan
Muhammadiyah dikenal sebagai organisasi yang moderat. Tapi bukan moderat yang plin-plan. Moderat di sini diartikan sebagai bentuk ketegasan dalam prinsip, namun toleransi dalam sikap. Muhammadiyah tidak ikut dalam narasi-narasi kebencian dan permusuhan, meskipun tidak semua sepakat dengan gerakannya.
“Muhammadiyah tidak mengutuk kegelapan, tapi menyalakan lilin. Kita tidak sibuk untuk menyalahkan orang lain, tapi sibuk untuk membangun.”
Kalimat tersebut mencerminkan cara Muhammadiyah dalam berdakwah–tidak frontal, tapi substansial. Tidak memburu sensasi, tapi menebar kebermanfaatan.
Umat dan Solidaritas Kemanusiaan
Dalam Risalah Islam Berkemajuan juga memuat dimensi global. Islam bukan hanya untuk umat Islam, tapi untuk seluruh umat manusia. Dasar yang menyebabkan Muhammadiyah terus aktif dalam misi-misi kemanusiaan lintas daerah, lintas negara, dan lintas agama.
Melalui MDMC (Muhammadiyah Disaster Management Center), hadir untuk membantu korban bencana. Lewat LazisMu (Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah Muhammadiyah), membangun solidaritas sosial tanpa memandang identitas.
“Berislam bukan hanya urusan kita dengan Tuhan (habluminallah), tapi juga urusan kita dengan sesama manusia (habluminannas).”
Kontribusi bukan Kompetisi
Muhammadiyah tidak ikut-ikutan dalam kompetisi kekuasaan. Walau salah satu organisasi besar, Muhammadiyah memilih untuk jadi civil society yang kuat–mengawal bangsa dan negara, tapi tidak larut dalam pragmatisme politik.
“Muhammadiyah bukan alat politik. Tapi Muhammadiyah berpolitik dalam makna subtantif: berpihak pada keadilan, menegakkan etika publik, dan menjaga integritas bangsa.” – Prof. Din Syamsuddin
Islam Berkemajuan dalam konteks ini adalah Islam yang dimaknai konstruktif–yang memperbaiki, bukan untuk memecah belah. Muhammadiyah tidak mendirikan partai, tetapi kader-kadernya diberikan kebebasan untuk memilih jalur kontribusi. Yang terpenting masih dalam nilai-nilai keislaman yang membawa kemaslahatan.
Membumikan Risalah, Menyalakan Cahaya
Risalah Islam Berkemajuan bukan hanya sekadar lembaran dokumen atau suara pidato. Ia adalah way of life yang ditawarkan Muhammadiyah kepada siapapun yang ingin beragama dengan akal sehat, hati yang terbuka, dan semangat perubahan.
Islam Berkemajuan adalah Islam yang inklusif, ilmiah, dan solutif. Bukan Islam yang hanya disibukan untuk mengatur syarat sah wudhu, namun melupakan persoalan kemiskinan. Bukan Islam yang sibuk membahas jumlah rakaat tarawih, tapi diam pada korupsi dan ketimpangan sosial.
Melalui Muhammadiyah, saya belajar bahwa menjadi seorang muslim itu bukan hanya jadi identitas, tapi harus dijalani penuh rasa tanggung jawab. Tanggung jawab untuk mencerahkan, mencerdaskan, memberdayakan, dan menebar rahmat bagi semua.
Dalam dunia yang dirasa penuh kebisingan ini, saya berkeyakinan bahwa, mungkin Risalah Islam Berkemajuan bisa menjadi lilin yang dapat kita nyalakan. Agar tetap hidup terang, menyala dalam akal, dan hangat di hati.
Penulis: Ahmad Hasan Fatih, Wakil Sekretaris PW Pemuda Muhammadiyah Kalimantan Tengah.










