Buya Hamka pernah mengingatkan kita, “Salah satu pengkerdilan terkejam dalam hidup adalah membiarkan pikiran yang cemerlang menjadi budak bagi tubuh yang malas, yang mendahulukan istirahat sebelum lelah.”
Kalimat ini sederhana, tetapi menampar kesadaran kita. Betapa banyak di antara kita yang sebenarnya memiliki potensi besar, ide brilian, dan kemampuan untuk berkarya, namun semua itu terkubur hanya karena rasa malas yang dipelihara. Malas berpikir. Malas bergerak. Malas memulai.
Pengkerdilan ini bukan hanya soal tidak melakukan apa-apa, tetapi juga soal membiarkan waktu, kesempatan, dan bakat berlalu tanpa makna. Padahal, pikiran yang sehat dan tajam adalah anugerah, tetapi ia membutuhkan tubuh yang siap bekerja untuk mewujudkannya. Pikiran tanpa aksi hanyalah angan-angan.
Baca Juga :
Kita sering terjebak pada kenyamanan semu: rebahan terlalu lama, menunda pekerjaan, atau mencari alasan untuk tidak mencoba. Padahal, setiap menit yang terbuang adalah peluang yang hilang. Hari ini mungkin kita merasa santai, tetapi di kemudian hari kita akan menyesal melihat betapa banyak yang seharusnya bisa kita capai.
Buya Hamka mengajarkan, kerja keras dan disiplin adalah sahabat sejati pikiran cemerlang. Ide hebat baru akan berarti jika diiringi langkah nyata. Maka, mari kita belajar untuk menghargai waktu, menggerakkan tubuh sebelum lelah, dan mengasah pikiran agar tidak layu sebelum berkembang.
Karena hidup terlalu singkat untuk membiarkan kemalasan merampas masa depan kita.
“Jangan hidup sekedar hidup, karena babi di hutan pun hidup, kalau bekerja sekedar bekerja, kera juga kerja,” Hamka dalam Catatan Sejarah.










